SUBUH, memang waktu yang sangat berkah yang telah
Allah SWT kenalkan untuk kita. Secara pribadi, saya juga kurang mengerti
mengapa subuh menjadi waktu yang spesial dan penuh berkah. Apakah pada
subuh itu hanyalah orang-orang pilihan yang bisa menikmatinya? Sehingga,
bagi bukan orang-orang terpilih, subuh terlewatkan begitu saja.
Bangun subuh memang berat. Seakan, mata ditimpa batu gunung yang sulit
di angkat (mata sulit di buka). Walau sudah terbuka, namun sulit pula
mempertahankannya, yang ujung-ujungnya kembali terlelap berselimutkan
kain tebal. Hmhm.. itu lah yang terjadi pada saya. Namun, dengan
komitmen ulang di akhir tahun 1434 H, sebagai langkah awal perbaikan di
awal tahun 1435 H, subuh merupakan target utama untuk hijrah menjadi
pribadi yang lebih baik. Disini pula, saya dapat merasakan keberkahan
subuh di sekitar, dari suasana subuh yang aduhai. Sejuk, sepi, senyap,
tenang, dan tentu, BERKAH!
Teringat dengan satu hadits, yang menyatakan bahwa di antara waktu-waktu
istimewa yang diciptakan Allah SWT untuk Muslim adalah saat Subuh. Di
dalamnya terkandung banyak keberkahan. Begitu mulianya waktu Subuh,
Rasulullah SAW secara khusus berdoa. ''Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun Subuh.'' (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).
Dan, saya alami itu. Selapas bangun Subuh, menuju mesjid, dan Shalat
berjama’ah, saya mendapatkan sebuah ketenangan yang sebelumnya belum
saya rasakan. Ada energi positif yang saya dapatkan, sehingga mengawali
pagi dengan bahagia dan lebih tenang menghadapi misteri hidup.
Keberkahan subuh juga begitu terasa, ketika janji Allah SWT berupa
balasan 10 kali lipat dari sedekah begitu cepat saya rasakan. Bermodal
nekat bersedakah Rp.50.000,- kala itu (saat Subuh), lalu subuh
berikutnya juga dengan nominal serupa, dan ditambah dengan Rp.20.000,-
ketika waktu dhuha (total Rp.120.000,-), maka Allah SWT membalasnya Rp.
1.200.000,- dalam waktu 6 hari, secara bertahap (3 tahap). Sebagaimana
ketika itu saya juga bersedekah 3 tahap. (Dikesempatan lainnya, akan
saya uraikan lebih rinci).
Tentu, ini sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Tidaklah hamba-hamba Allah
bangun di pagi hari, kecuali disertai dengan turunnya dua malaikat.
Salah satu dari keduanya lalu berkata : ‘Ya Allah berilah orang yang
berinfaq ganti (dari barang yang diinfaqkan)’. Dan salah satu lagi
berkata ; ‘Ya Allah berilah orang yang menahan (bakhil) akan kerugian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak hanya saya yang merasakan berkah dari waktu Subuh
Pagi itu memang Indah, apa lagi subuh. Ketika selesai shalat berjama’ah,
saya sempatkan diri melihat kehidupan subuh. Dan ternyata, hanya
sebagian dari kita yang beraktivitas. Seperti membuka tempat usahanya,
yang didominasi oleh Warung Kopi dan Kedai-kedai kecil.
Pernah, suatu subuh, saya membeli kopi saset di sebuah kedai seputaran
Beurawe – Banda Aceh, untuk menemani aktivitas saya sebagai seorang
Editor Berita di salah satu Radio Swasta di Banda Aceh. Lalu, iseng, saya bertanya, "bang, kenapa buka kedai subuh-subuh? Rame pembeli bang?" Dengan mudah ia menjawab, "Jangan
salah dek, subuh-subuh juga rame pembeli, apa lagi jama'ah pulang dari
mesjd. Sebelum pulang, ada yang beli gula, minyak, kue, macam-macam lah.
Bahkan, penghasilan bisa 2 kali lipat kalau buka kedai mulai dari subuh
(selepas subuh)."
Tidak hanya kedai, Warung Kopi (WarKop) juga demikian. Banyak jama’ah
bapak-bapak menikmati secangkir kopi dengan kue di WarKop, sambil
bercengkrama. Lagi-lagi, rezeki bagi pemilik warkop di kala subuh.
Tak luput pula, pedangang daging di seputaran Beurawe juga merasakan hal
yang sama. Membuka lapaknya, lalu ada warga yang membeli. Tentu, rezeki
ini tidak akan dirasakan, apabila ia (pedagang daging) hanya memanjakan
badan tanpa beraktivitas saat Subuh.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad dan Baihaqi, diceritakan
bahwa ketika Rasulullah SAW pulang dari shalat Subuh di Masjid Nabawi,
beliau mendapati putrinya, Siti Fatimah, masih tertidur. Dengan penuh
kasih sayang lantas Beliau menggerakkan badan putrinya itu sembari
berkata, ''Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezeki Tuhanmu dan
janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezeki
kepada hamba-Nya, antara terbit fajar dengan terbit matahari.''
Masih tak percaya?
Maka, coba sesekali selepas shalat subuh berjama’ah, jalan-jalan di
lingkungan sekitar, kita akan dapatkan bukti bahwa Subuh itu benar-benar
waktu yang BERKAH.
Gambar : Ilustrasi Subuh
Sumber : Google.com
Oleh karenanya, mari nikmati sebuah kenikmatan dalam Islam saat Subuh.
Jadilah orang-orang terpilih di kala SUBUH tiba.
Semoga bermanfaat.
Tulisan ini pernah dimuat di Facebook pribadi teukumuhammadsyahrizal@ymail.com, pada 7 November 2013.
SUBUH, memang waktu yang sangat berkah yang telah
Allah SWT kenalkan untuk kita. Secara pribadi, saya juga kurang mengerti
mengapa subuh menjadi waktu yang spesial dan penuh berkah. Apakah pada
subuh itu hanyalah orang-orang pilihan yang bisa menikmatinya? Sehingga,
bagi bukan orang-orang terpilih, subuh terlewatkan begitu saja.
Bangun subuh memang berat. Seakan, mata ditimpa batu gunung yang sulit
di angkat (mata sulit di buka). Walau sudah terbuka, namun sulit pula
mempertahankannya, yang ujung-ujungnya kembali terlelap berselimutkan
kain tebal. Hmhm.. itu lah yang terjadi pada saya. Namun, dengan
komitmen ulang di akhir tahun 1434 H, sebagai langkah awal perbaikan di
awal tahun 1435 H, subuh merupakan target utama untuk hijrah menjadi
pribadi yang lebih baik. Disini pula, saya dapat merasakan keberkahan
subuh di sekitar, dari suasana subuh yang aduhai. Sejuk, sepi, senyap,
tenang, dan tentu, BERKAH!
Teringat dengan satu hadits, yang menyatakan bahwa di antara waktu-waktu
istimewa yang diciptakan Allah SWT untuk Muslim adalah saat Subuh. Di
dalamnya terkandung banyak keberkahan. Begitu mulianya waktu Subuh,
Rasulullah SAW secara khusus berdoa. ''Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun Subuh.'' (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).
Dan, saya alami itu. Selapas bangun Subuh, menuju mesjid, dan Shalat
berjama’ah, saya mendapatkan sebuah ketenangan yang sebelumnya belum
saya rasakan. Ada energi positif yang saya dapatkan, sehingga mengawali
pagi dengan bahagia dan lebih tenang menghadapi misteri hidup.
Keberkahan subuh juga begitu terasa, ketika janji Allah SWT berupa
balasan 10 kali lipat dari sedekah begitu cepat saya rasakan. Bermodal
nekat bersedakah Rp.50.000,- kala itu (saat Subuh), lalu subuh
berikutnya juga dengan nominal serupa, dan ditambah dengan Rp.20.000,-
ketika waktu dhuha (total Rp.120.000,-), maka Allah SWT membalasnya Rp.
1.200.000,- dalam waktu 6 hari, secara bertahap (3 tahap). Sebagaimana
ketika itu saya juga bersedekah 3 tahap. (Dikesempatan lainnya, akan
saya uraikan lebih rinci).
Tentu, ini sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Tidaklah hamba-hamba Allah
bangun di pagi hari, kecuali disertai dengan turunnya dua malaikat.
Salah satu dari keduanya lalu berkata : ‘Ya Allah berilah orang yang
berinfaq ganti (dari barang yang diinfaqkan)’. Dan salah satu lagi
berkata ; ‘Ya Allah berilah orang yang menahan (bakhil) akan kerugian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak hanya saya yang merasakan berkah dari waktu Subuh
Pagi itu memang Indah, apa lagi subuh. Ketika selesai shalat berjama’ah,
saya sempatkan diri melihat kehidupan subuh. Dan ternyata, hanya
sebagian dari kita yang beraktivitas. Seperti membuka tempat usahanya,
yang didominasi oleh Warung Kopi dan Kedai-kedai kecil.
Pernah, suatu subuh, saya membeli kopi saset di sebuah kedai seputaran
Beurawe – Banda Aceh, untuk menemani aktivitas saya sebagai seorang
Editor Berita di salah satu Radio Swasta di Banda Aceh. Lalu, iseng, saya bertanya, "bang, kenapa buka kedai subuh-subuh? Rame pembeli bang?" Dengan mudah ia menjawab, "Jangan
salah dek, subuh-subuh juga rame pembeli, apa lagi jama'ah pulang dari
mesjd. Sebelum pulang, ada yang beli gula, minyak, kue, macam-macam lah.
Bahkan, penghasilan bisa 2 kali lipat kalau buka kedai mulai dari subuh
(selepas subuh)."
Tidak hanya kedai, Warung Kopi (WarKop) juga demikian. Banyak jama’ah
bapak-bapak menikmati secangkir kopi dengan kue di WarKop, sambil
bercengkrama. Lagi-lagi, rezeki bagi pemilik warkop di kala subuh.
Tak luput pula, pedangang daging di seputaran Beurawe juga merasakan hal
yang sama. Membuka lapaknya, lalu ada warga yang membeli. Tentu, rezeki
ini tidak akan dirasakan, apabila ia (pedagang daging) hanya memanjakan
badan tanpa beraktivitas saat Subuh.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad dan Baihaqi, diceritakan
bahwa ketika Rasulullah SAW pulang dari shalat Subuh di Masjid Nabawi,
beliau mendapati putrinya, Siti Fatimah, masih tertidur. Dengan penuh
kasih sayang lantas Beliau menggerakkan badan putrinya itu sembari
berkata, ''Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezeki Tuhanmu dan
janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezeki
kepada hamba-Nya, antara terbit fajar dengan terbit matahari.''
Masih tak percaya?
Maka, coba sesekali selepas shalat subuh berjama’ah, jalan-jalan di
lingkungan sekitar, kita akan dapatkan bukti bahwa Subuh itu benar-benar
waktu yang BERKAH.
Gambar : Ilustrasi Subuh
Sumber : Google.com
Oleh karenanya, mari nikmati sebuah kenikmatan dalam Islam saat Subuh.
Jadilah orang-orang terpilih di kala SUBUH tiba.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar